Tak banyak yang mengetahui sosok yang pemberani yang terkenal dengan julukan "Singa Allah" ini. Beliau tak lain adalah Hamzah bin Abdul Mutholib yang tak lain adalah paman Rasulullah Muhammad SAW. Keberanian dan keperkasaan beliau sudah tidak diragukan lagi dalam menghadapi semua musuh Allah terutama pada perang Badar dan Uhud. Tujuannya tak lain adalah membela Agama Islam dan melindungi Rasulullah orang yang paling dicintainya. Berikut ini sepenggal kisah tentang beliau sampai syahidnya sebagai syuhada.
KELAHIRAN DAN KEHIDUPAN KELUARGA
Nama lengkapnya, Hamzah Abu ‘Amaarah bin ‘Abdul
Muthalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaaf al-Quraisy al-Haasyimi, Ibunya
bernama Halah binti Wuhaib bin ‘Abdi Manaf bin Zuhrah. Beliau merupakan
paman Rasulullah SAW, sekaligus saudara sepersusuan, serta kerabat
dekatnya dari jalur ibu. Dilahirkan dua tahun sebelum Rasulullah SAW.
Memeluk Islam pada tahun ke-delapan setelah kenabian.
Umur Hamzah diperkirakan tak terpaut jauh dengan
keponakannya itu. Mereka berdua merupakan teman sepermainan sejak
kanak-kanak. Tak heran jika Hamzah menjadi orang yang paling dekat dan
mengenal secara mendalam kepribadian Muhammad. Keduanya memiliki
hubungan yang sangat kuat.
Hamzah lahir diperkirakan hampir bersamaan dengan
Muhammad. Ia merupakan anak dari Abdul-Muththalib dan Haulah binti
Wuhaib dari Bani Zuhrah. Menurut riwayat, pernikahan Abdul-Muththalib
dan Abdullah bin Abdul-Muththalib terjadi bersamaan waktunya, dan ibu
dari Nabi, Aminah binti Wahab, adalah saudara sepupu dari Haulah binti
Wuhaib.
Tak heran jika Hamzah menjadi orang yang paling dekat
dan mengenal secara mendalam kepribadian Muhammad. Keduanya memiliki
hubungan yang sangat kuat. Meski demikian, sebagaimana Bani Muttalib
lainnya, Hamzah memang tidak langsung menerima dan memeluk agama yang
diwahyukan kepada Muhammad.
Walaupun dalam lubuk hatinya, ia tak bisa mengingkari
keluhuran budi pembawa risalah tersebut. Meski demikian, ia tak
memperlihatkan rasa tidak suka terhadap dakwah Muhammad, seperti yang
dilakukan orang-orang Quraiys.
Bahkan ia selalu memberikan perlindungan terhadap
diri Nabi Muhammad. Pada saat kaum kafir memperlihatkan kebencian yang
kian meningkat, ia pun meningkatkan perlindungan kepada Muhammad.
Beruntung, Hamzah ditakdirkan menjadi pria perkasa.
KEPRIBADIAN DAN KEBERANIAN HAMZAH
Hamzah memiliki fisik yang kuat. Ia pun terkenal
sebagai penunggang kuda yang cekatan, ahli pedang, dan bela diri di
seantero Makkah. Hamzah merupakan manusia padang pasir yang lebih suka
menyendiri. Ia juga dikenal sebagai seorang pemburu rusa yang mumpuni.
Pada salah satu kisah perburuan rusa, Hamzah
dikejutkan dengan suatu keributan. Ternyata, seekor singa telah memasuki
kemahnya. Setelah menurunkan rusa yang baru saja di burunya, ia
kemudian menghadapi singa itu seorang diri. Berbekal keahliannya,
akhirnya, ia berhasil mengakhiri keganasan binatang buas tersebut.
Lalu ia pun menguliti singa tersebut, dan melemparkan
kulitnya ke atas pelana kudanya. Orang-orang Makkah melihat kulit singa
di pelana kuda Hamzah mafhum dengan keberanian dan kepiawaian Hamzah.
Kegagahannya itu, membuat lawan-lawannya merasa gentar meski hanya
mendengar namanya.
PERISTIWA MASUK ISLAMNYA HAMZAH
Pada suatu hari, Abu Jahal berjalan melewati
Rasulullah Muhammad ketika ia berada di Safa. Pada saat bertemu muka, ia
pun mulai mencaci, memaki dan melampiaskan amarahnya kepada rasul.
Meski demikian, Muhammad tidak menanggapi semua perilaku Abu Jahal.
Usai menumpahkan segala amarahnya, Abu Jahal bergegas
bergabung dalam pertemuan petinggi Quraiys. Tanpa sepengetahuannya,
tindakan Abu Jahal diketahui oleh seorang wanita, budak Jud’an bin Amir.
Tak lama berselang terlihat Hamzah memasuki Makkah dengan busur di
bahunya, usai berburu menuju ke arah Ka’bah. Rekan Abu Jahal melihat itu
langsung bergegas untuk mengingatkan Abu Jahal bahwa Hamzah telah
datang dari berburu dan khawatir akan mendengar perlakuan Abu Jahal
terhadap keponakannya.
Menjadi kebiasaan Hamzah, setelah berburu ia pergi ke
Baitullah untuk berthawaf, sebelum ia kembali ke keluarganya. Hari-hari
sebelumnya pabila telah selesai melakukan thawaf dan melewati balai
pertemuan orang Qurays maka ia mengucapkan salam dan ngobrol bersama
mereka. Memang Hamzah adalah anak muda yang disegani di kalangan orang
Qurays.
Setelah melihat Hamzah, budak wanita Jud’an bin Amir
menghampirinya dan mengisahkan apa yang dilakukan Abu Jahal kepada
Rasulullah SAW. Maka budak itu berkata mengadu:
“Wahai Abu Umarah (sebutan bagi Hamzah), seandainya saja engkau tadi melihat apa yang diperbuat oleh Abul Hakam (sebutan Abu Jahal) terhadap keponakanmu Muhammad! Abu Jahl bertemu beliau di Shafa kemudian ia mengganggu, mencaci makinya dan melakukan hal-hal yang tidak beliau sukai. Setelah itu ia pergi dan Muhammad tidak menyahuti omongannya sedikit pun”.
Amarah menjalar ke seluruh tubuhnya setelah
mendengarkan kisah wanita itu. Bergegas ia mencari Abu Jahal. Ia telah
menetapkan niat untuk menghajar dan memberi pelajaran kepada Abu Jahal.
Ketika Hamzah masuk masjid, ia melihat Abu Jahl sedang duduk bersama
orang-orang Qurays. Hamzah pun berjalan ke arahnya.
Sesampainya di hadapan Abu Jahal, langsung saja
Hamzah memukulkan busurnya ke kepala Abu Jahal. Darah segar pun
mengucur. Tak hanya itu, ia pun memukul tubuh lawannya hingga babak
belur dan tersungkur. Hamzah tetap berdiri gagah di hadapan petinggi
Quraiys itu.
Ia berkata: “Apakah Engkau mencaci maki keponakanku padahal aku seagama dengannya, dan aku berkata seperti yang ia katakan? Silakan balas jika engkau sanggup!
Melihat kondisi ini beberapa orang dari bani Makhzum mendekat kepada
Hamzah untuk menolong Abu jahal. Namun Abu Jahal berkata: ” biarkanlah
Abu Umarah.” Demi Allah, aku telah menghina keponakannya dengan
penghinaan yang buruk.” Perbuatan yang dilakukan Hamzah ini sekaligus
sebagai pernyataan tentang masuk Islamnya beliau dan mengikuti
Rasulullah.
Para petinggi Quraiys saling pandang. Semula mereka
akan menentang Hamzah atas perlakuannya terhadap Abu Jahal. Namun mereka
pun rupanya takut dan akhirnya kembali duduk di masjid. Beberapa saat
kemudian ia menendang debu ke arah muka para petinggi Quraiys itu, dan
meninggalkan tempat itu.
Pembelaan dan pernyataan Hamzah, telah menyadarkan
kafir Quraiys bahwa Hamzah yang gagah berani akan selalu membela
Muhammad. Tak heran jika kemudian mereka mulai menimbang akibat ketika
akan mengganggu nabi yang mulia itu. Abu Sufyan menyatakan bahwa
Muhammad telah mendapatkan teman yang kuat dan sangat disegani.
Allah memperkuat agamanya dengan masuknya Hamzah ke
dalam Islam. Ia berdiri tegar dan siap membela rasul. Sejak memeluk
Islam ia mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk kemajuan Islam.
Sehingga Rasulullah SAW memberinya gelar Asad Allah wa Asad Rasulih
(Singa Allah dan Rasulnya).
HAMZAH DALAM PERANG BADAR
Pada saat pasukan Muslim bertemu dengan pasukan Kafir
Quraiys di Perang Badr, Hamzah betul-betul memperlihatkan keberanian
dan kecakapan perang yang luar biasa. Banyak orang kafir Quraiys tumbang
di tangannya. Bahkan ayah Hindun, seorang petinggi Quraiys mati di
ujung pedangnya.
Pada Perang Badr, umat Islam mendapatkan kemenangan
gemilang. Orang-orang kafir mundur dengan teratur. Tak heran jika
kekalahan ini menumbuhkan dendan kesumat di dada mereka. Hamzah pun
dianggap memiliki peran besar dalam kekalahan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq didalam kitab,” Sirah
Ibnu Ishaq” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata
kepadanya “ Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias
dengan bulu bulu itu?”, aku menjawab “Dia adalah Hamzah bin Abdul
Muthalib”. Lalu Umayyah dberkata Dialah yang membuat kekalahan kepada
kami”.
Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang 2 bilah pedang.
SYAHIDNYA HAMZAH
Untuk membalas kekalahan, mereka kemudian terlibat
dalam Perang Uhud. Selain nyawa Nabi yang menjadi incaran, Hamzah pun
telah ditetapkan menjadi target sebagai tumbal kekalahan pasukan kafir
pada Perang Badr.
Akhirnya tibalah saatnya perang Uhud di mana kaum
kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk
menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah
Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka memiliki rencana
yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir
dalam menggunakan tombak dan organ hatinya akan di ambil dan akan di
makan oleh Hindun yang memiliki dendam sangat membara karena suaminya
terbunuh dalam perang Badar.
Washyi bin Harb diberikan tugas yang maha berat yaitu
membunuh Hamzah dan dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu
akan dimerdekakan dari perbudakan.
Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan
terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada
di tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum
muslimin.. Ia mulai menyerang ke kiri dan ke kanan. Setiap ada musuh
yang berupaya menghadangnya, pastilah kepalanya akan terpisah dari
lehernya.
Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak
serentak ke depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada
di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di
atas bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada
di sana dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang
yang berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan
pertempuran tersebut.
Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda
musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai
peluang dan berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan
serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut.
Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim
terkejut dan kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin
bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan
kaum Quraisy. Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak-gerik Hamzah,
setelah menebas leher Siba’ bin Abdul Uzza dengan lihai-nya. Maka pada
saat itu pula, Wahsyi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya
dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga
tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Lalu Ia bangkit dan
berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya dan akhirnya
roboh sebagai syahid.
Ibnu Atsir berkata dalam kitab ‘Usud al Ghabah”,
Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy,
sampai pada suatu saat beliau tergelincir sehingga ia terjatuh
kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung
ditombak dan dirobek perutnya . lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun
kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera
dimuntahkannya.
Usai sudah peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya
bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak
beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata menetes di
kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya bahwa moral
bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat
keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak
jasad dan merobek dada Sayyidina Hamzah dan mengambil hatinya.
Kemudian Rasulullah mendekati jasad Hamzah bin Abdul
Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata, “Tak pernah aku menderita
sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun yang
lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini.”
Allah menurunkan firmannya ,” Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Qs; an Nahl 126)
Setelah itu Rasulullah dan kaum muslimin
men-shalat-kan jenazah pamannya dan para syuhada lainnya satu per satu.
Pertama Hamzah di-shalat-kan lalu di bawa lagi jasad seorang syahid
untuk di-shalat-kan, sementara jasad Hamzah tetap dibiarkannya di situ.
Lalu jenazah itu di angkat, sedangkan jenazah Hamzah tetap di tempat.
Kemudian di bawa jenazah yang ketiga dan dibaringkannya di samping
jenazah Hamzah. Lalu Rasulullah dan para sahabat lainnya men-shalat-kan
mayat itu. Demikianlah Rasulullah men-shalat-kan para syuhada Uhud satu
persatu, hingga jika di hitung maka Rasulullah dan para sahabat telah
men-shalat-kan Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.
Ia wafat pada tahun 3 H, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dengan gelar “Sayyidus Syuhada” (Pemimpin para Syuhada).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar